FORUM NIMBUZZER & GRETONGERZ
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

FORUM NIMBUZZER & GRETONGERZ

_°★°_' 。☆。*。☆。 ★。\|/。★ ☆ presented by: bli_naruto ☆ ★。/|\。★ 。☆。*。☆。 *°★°*
 
IndeksIndeks  PortalPortal  GalleryGallery  PencarianPencarian  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  LoginLogin  
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Keywords
Latest topics
» Rewrap P2 MXF to MOV-Edit Panasonic HPX3100 P2 MXF in Avid MC 6.5/6/5.5/5
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby vivian15 Sat Jun 08, 2013 6:32 am

» Convert Panaonic AG-HPX 600 MXF to AIC for editing in iMovie/FCE on mac
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby vivian15 Fri May 31, 2013 1:49 pm

» Save 40% to watch Blu-ray/DVD movie on Galaxy Tab 3 on Windows or Mac
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby vivian15 Sun May 26, 2013 10:25 pm

» Get latest Pavtube Video Converter Ultimate with 40% off
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby vivian15 Sun May 26, 2013 10:24 pm

» How to Convert & Copy HD videos/DVD/Blu-ray to Nokia Lumia 900
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby vivian15 Sat May 25, 2013 10:33 am

» iTunes to Nook -Watch iTunes Movies on Nook HD/HD+ tablet
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby VickeyJodie Fri Jan 04, 2013 1:27 pm

» 30% off- How to play DVD movies on Windows 8
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby VickeyJodie Tue Jan 01, 2013 9:57 pm

» How to Rip/Convert/Transfer Blu-ray & DVD to iTunes 11 for ATV 3 with AC3 5.1 pass-through
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby VickeyJodie Tue Jan 01, 2013 9:56 pm

» 40% Off-Sync/Transfer Blu-ray/DVD movie to Asus VivoTab RT tablet
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby VickeyJodie Fri Dec 21, 2012 1:11 pm

» 40% Off-Convert & Transfer Blu-ray/DVD movies to Asus Transformer Prime/Infinity TF700
1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeby VickeyJodie Fri Dec 21, 2012 1:11 pm

May 2024
MonTueWedThuFriSatSun
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
CalendarCalendar
Affiliates
free forum

Statistics
Total 87 user terdaftar
User terdaftar terakhir adalah murerocazeb29

Total 283 kiriman artikel dari user in 251 subjects

 

 1 LAWAN DUA....MUANTABZ

Go down 
PengirimMessage
Admin
Admin
Admin


Jumlah posting : 237
Points : 708
Join date : 23.08.11

1 LAWAN DUA....MUANTABZ Empty
PostSubyek: 1 LAWAN DUA....MUANTABZ   1 LAWAN DUA....MUANTABZ Icon_minitimeSun Dec 04, 2011 6:55 pm

<blockquote>"Aaahh..", jeritnya.

Tubuh montoknya itu bergetar
hebat. Pantatnya dihentak-hentakkannya ke atas. Pahanya terangkat dan
membelit pantatku sehingga menyatu sepenuhnya. Aku diam memberikan
kesempatan kepadanya untuk menikmati orgasmenya. Tubuhnya bergetar-getar
diiringi desah nafas terengah-engah. Rasanya dunia ini dilupakan kalau
tidak karena desahan Mei yang berbaring di sebelah kami. Mei ternyata
sedang asyik mempermainkan vaginanya sendiri. Kurasa ini saat yang tepat
untuk menyetubuhi Mei. Apalagi aku belum orgasme sehingga kemaluanku
masih tegak.

"Sekarang giliran Mei", bisikku di telinganya.</blockquote>

Hubunganku
dengan Mei (baca ceriteraku sebelumnya, "Penghibur Hati Yang Sepi")
semakin hari semakin akrab. Hari-hari kami terasa indah. Wanita cantik
dan seksi itu ternyata sangat liar kalau di atas ranjang. Nafsu seksnya
besar dan terus menerus butuh pemuasan. Akupun dengan senang hati
melayaninya. Apalagi ia sangat akrab dengan kedua anakku, Anita dan
Marko. Mereka sering diajak jalan-jalan dan diberi hadiah. Melihat
keakraban mereka aku berpikir, apakah Mei dapat menjadi ibu baru bagi
mereka.

"Anak-anak kelihatannya suka denganmu, Mei", kataku satu
malam sesudah melewati satu ronde persetubuhan yang panas, "Mereka
kelihatannya mau kalau kamu menjadi ibu baru mereka. Bagaimana
pendapatmu?"
"Kita jalani saja seperti ini dulu", kata Mei
menanggapi, "Aku memang menantikan kata-kata ini. Aku senang kalau
diberi kesempatan menjadi ibu bagi Anita dan Marko. Namun lingkungan
keluargaku masih agak sulit menerima kamu, maaf, yang bukan keturunan
Cina. Tapi kupikir lama-lama mereka juga akan mau. Sabarlah, sayang.
Lagi pula tidak banyak bedanyakan. Aku selalu siap untuk kamu kapan
saja", lanjutnya.

Aku paham sepenuhnya. Sejak mengenalku kami
rutin bertemu untuk hubungan seks. Paling kurang beberapa kali seminggu,
kecuali kalau lagi saat menstruasinya. Akhir pekan selalu menjadi
kesempatan terindah. Ia mengakui kalau ia ketagihan bersetubuh denganku.
Selalu orgasme, begitu katanya. Karena itu ia selalu menantikan
saat-saat pertemuan. Aku merasa bangga karena kapan saja aku dapat
menikmati tubuh Mei yang cantik dan seksi itu. Menggumuli tubuhnya yang
mulus dengan buah dada yang montok dan pantat yang besar itu menjadi
kebanggaan tersendiri. Mungkin karena selalu puas bersetubuh denganku,
ia menjanjikan hadiah kejutan untuk ulang tahunku.

"Aku ingin memberi hadiah khusus buatmu", katanya empat hari sebelum ulang tahunku.
"Apa itu?" tanyaku.
"Kalau disampaikan sekarang itu bukan kejutan namanya", katanya, "Yakin deh, pasti akan menyenangkan hadiahnya."
"Tapi anak-anak pasti merayakannya pada hari itu", kataku.
"Yah, kita rayakan sehari sesudahnya", katanya, "Untuk itu mulai besok sampai hari itu kita tidak bertemu", lanjutnya.

Aku
mengerti. Hadiah khususnya itu ternyata hubungan seks, tapi pasti
dengan cara yang khusus. Apa ada pesta berdua dengan cahaya lilin?
Dilanjutkan dengan hubungan kelamin yang penuh gelora? Ataukah menginap
di satu hotel sambil saling memberi kenikmatan? Terserah dia saja. Toh
namanya hadiah.

Ternyata hari-hari menanti hadiah itu sungguh
menyiksa. Aku selalu merindukan tubuh montok itu. Aku menelponnya tetapi
ia hanya menjawab dengan tertawa-tawa. Ia pasti tahu kalau aku sudah
tidak dapat menahan birahiku yang menggelora.

Hari ulang tahunku.
Di kantor teman-temanku menyanyikan "Happy Birthday to you" dan ada
ucapan selamat. Yang membuatku terkejut adalah kartu ucapan selamat atas
adanya "pendamping" baruku, "Congratulations for your new beautiful
soul mate!"

"Aku dukung, Mas Ardy", kata Ibu Nadya kepala bagianku.
"Dukung apa, Bu?" tanyaku.
"Alaa..
Mas Ardy ini ada aja", sela Santi yang lincah, "Kan sudah ada
pendamping baru. Cantik lagi. Siapa namanya? Kenalin ke kita, dong",
godanya.
"Namanya, Mei", kataku karena tak ada pilihan lain, "Tapi
belum jelas nih. Jangan dulu deh ucapan selamatnya, nanti keburu
bubarkan repot,"

Siang itu di kantor aku tidak dapat
berkonsentrasi dengan baik. Aku hanya mereka-reka, pesta seks apa yang
disediakan Mei untuk merayakan hari ulang tahunku. Menunggu sehari saja
rasanya sangat lama. Akhirnya toh hari yang dinantikan itu tiba. Mei
menelpon, jam tujuh sudah harus ada di rumahnya.

Jam tujuh malam
itu aku sudah di depan rumahnya. Ternyata pintu pagar tidak dikunci. Ada
kertas kecil di pintu minta agar pagar dikunci. Aku menguncinya dan
terus ke pintu depan. Ternyata pintu itu sedikit terbuka. Aku masuk.
Ruangan depan kosong. Aku terus melangkah ke dalam. Begitu aku masuk
ruang tengah, Mei menyongsongku.

"Selamat Ulang Tahun!" serunya.

Aku
segera merangkul tubuhnya ke dalam pelukanku. Bibirku mencari bibirnya
dan dengan buas melumat bibir itu setelah empat hari tidak merasakannya.

"Uhmm.. Uhmm..", gumamnya gelagapan menghadapi seranganku.

Ia
sepertinya mau bicara tetapi aku tak memberinya kesempatan. Lidahku
menerobos masuk ke mulutnya dan mempermainkan lidahnya. Tangan kiriku
kulingkarkan ke lehernya dan tangan kananku meraih pantatnya. Kutekan
tubuhnya ke arahku membuat ia tidak dapat bergerak ke mana-mana. Di saat
itulah kudengar suara.

"Ehem..", suara seorang wanita.

Aku
terkejut dan melepaskan pelukanku. Aku menoleh. Di atas sofa ruang
tengah duduk seorang wanita lain. Aku kaget bukan kepalang. Wanita itu
senyum-senyum menatapku salah tingkah. Pastilah wajahku memerah seperti
udang rebus.

"Makanya tahan-tahan sedikit", kata Mei sambil tertawa menggoda.

Aku terdiam tidak tahu mau bicara apa.

"Ada yang nonton, tuh", lanjutnya, "Ayo mari aku kenalin. Ini Yen, sepupuku, "
"Yen", kata wanita itu malu-malu sambil menyorongkan tangannya.
"Ardy", sahutku sambil menjabat tangannya.
"Cantik, kan", kata Mei.

Aku
memandang lekat wanita itu. Seperti Mei, wanita ini pun keturunan Cina.
Ia lebih tinggi dari Mei, sekitar 170 cm. Rambutnya yang panjang hingga
menyentuh pinggul dibiarkan tergerai. Ia memakai blouse kuning pucat
berleher rendah dengan lengan pendek berenda, dipadu dengan celana
sebatas lutut dari bahan denim sebatas lutut. Mataku dengan cepat
merayap ke dadanya yang jelas semontok dada Mei. Pinggangnya cukup
ramping walau tidak seramping Mei, diimbangi oleh pantatnya yang besar.
Betisnya bulat padat. Jelas ia lebih muda dari Mei.

"Aku sudah sering mendengar cerita tentang Kho Ardy dari Ci Mei", kata Yen, "Jadinya penasaran aku, pingin kenalan,"
"Apa kata Mei", pancingku. Yen tersenyum malu-malu.
"Ha ha..", ia tertawa, "Katanya Kho Ardy orangnya baik, sabar, romantis dan.. Hi hi.."
"Hi hi apa", potongku.
"Kuat", katanya tertawa sambil menutup mulutnya.
"Ada aja Mei ini", sahutku agak malu sambil menoleh ke Mei. Tapi dalam hati aku jelas sangat berbangga.
"Kan
benar, apa yang aku ceritakan", sahut Mei, "Dan yang paling penting",
lanjutnya sambil merangkul bahu Yen, "Kami berdua adalah hadiah ulang
tahunmu,"

Aku tertegun tak mampu berkata-kata. Mimpi apa aku
semalam? Kedua wanita Cina seksi menawan ini menjadi hadiah ulang
tahunku? Keduanya berdiri di hadapanku sambil mengikik. Kupandangi
keduanya lurus-lurus dengan mata berbinar. Waooh! Tak dapat kubayangkan
seperti apa sensasi di ranjang nanti diapit oleh dua wanita Cina cantik,
bahenol dan seksi ini.

"Wah, sudah nafsu nih", goda Mei. Yen tertawa pelan menimpali.
"Abis hadiahnya istimewa begini", sahutku.

Keduanya
mendekatiku. Mei merangkulku ketat dan mendaratkan ciumannya
bertubi-tubi. Kurasakan padat tubuhnya. Buah dadanya yang montok lembut
dan menggairahkan itu menekan dadaku. Kurengkuh pantatnya dan kurapatkan
ke tubuhku.

"Selamat Ulang Tahun, sayang", katanya.

Dilepaskannya
tubuhku. Yen mendekatiku. Kurangkul ia ke dalam pelukanku. Ia mencium
pipiku kiri dan kanan. Buah dadanya yang montok dan kenyal itu menekan
dadaku. Tubuh seksi itu bergetar. Denyut jantungnya terasa olehku.
Tanganku melingkar ke bongkahan pantatnya yang bulat padat itu dan
kurengkuh rapat ke tubuhku. Ia menggeletar dalam pelukanku ketika
kudaratkan ciumanku ke bibirnya. Ia menyambut hangat. Kujulurkan lidahku
dan menerobosi mulutnya. Lidahku segera disambut oleh permainan
lidahnya. Celanaku mulai terasa sesak karena gerakan kemaluanku yang
mengeras.

"Sudah.. sudah..", potong Mei, "Nanti diteruskan. Sekarang kita makan dulu, "

Aku
melepaskan Yen dari pelukanku walaupun nafsu birahiku mulai meningkat
ingin segera dituntaskan. Kami beralih ke ruang makan menikmati hidangan
yang sudah tersedia. Kulihat ada sebotol anggur merah. Makam malam
terasa sangat indah dalam cahaya lilin. Rasa bangga menyelimuti benakku.
Bayangkan! Di tengah ruangan yang romantis dengan hidangan yang enak
dalam temaram cahaya lilin, aku duduk menikmati anggur merahku dengan
diapit dua wanita cantik bermata sipit nan bahenol dan seksi.

Aku
tidak ingin terburu-buru menikmati semua ini walaupun senjata andalanku
di bawah sana telah semakin tidak sabar, ingin segera menyatu dengan
tubuh-tubuh seksi ini bergiliran. Keduanya pasti tahu dari gerak mataku
yang jelalatan, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun aku
tidak ingin memberi kesan liar. Terutama untuk Yen, kesan pertama ini
harus indah dan romantis sehingga di masa depan tetap ada kesempatan
untuk menggarapnya.

Seperti Mei, Yen juga sudah menjanda sekitar
enam bulan. Ditinggal suami yang pergi dengan wanita lain katanya.
Usianya 29 tahun, tiga tahun lebih muda dari Mei, sepuluh tahun lebih
muda dariku. Dalam hati aku berpikit, kok bisa ya, wanita secantik ini
bisa ditinggal suami, minggat dengan wanita lain. Pasti bodoh lelaki
itu. Tapi itu bukan persoalanku. Yang jelas ia ada di sini malam ini
untukku. Malam ini kesempatan terbuka lebar bagiku untuk menikmati
tubuhnya. Perbedaan sepuluh tahun sama sekali tidak ada pengaruhnya
untuk urusan ranjang. Waahh.. Betapa beruntungnya aku.

Selesai
makan malam, aku diminta menanti di ruang tengah. Keduanya menghilang ke
lantai atas. Aku menungguh dengan jantung berdebaran. Lampu-lampu
diredupkan. Dan dari lantai atas kulihat keduanya turun dengan membawa
kue ulang tahun dihiasi lilin beryala berbentuk angka 39.

"Happy Birthday to you", keduanya bernyanyi, "Happy birthday to you. Happy birthday, Dear Ardy. Happy birthday darling!"

Pemandangan
di depanku sungguh-sungguh indah. Sambil memegang kue ulang tahun itu,
keduanya ternyata hanya mengenakan BH dan celana dalam. Mei memakai BH
dan celana dalam berwarna merah hati, sedangkan Yen mengenakan BH dan
celana dalam hitam. Sangat kontras di kulit keduanya yang putih bersih.
Buah dada keduanya menyembul dari BH kecil yang hanya menutupi sepertiga
buah dada itu. Dalam temaram lampu yang redup kulit keduanya yang putih
nampak sangat indah.

Pusar di perut itu nampak menawan.
Paha-paha padat itu menopang pinggul yang bundar dan digantungi oleh
bongkah-bongkan pantat yang padat dan bulat. Celana dalam kecil yang
menutupi pangkal paha menampilkan pemandangan yang sungguh
menggairahkan. Kemaluanku mengeras dan berdenyut-denyut, tidak sadar
menanti saat nikmat menyatu dengan kedua tubuh menawan itu.

Setelah
meletakkan kue dihiasi lilin bernyala itu di depanku, Mei memintaku
berdiri. Lalu keduanya melepaskan pakaianku satu per satu. Bajuku,
sepatuku, kaos kaki, celanaku, dan kaos dalamku. Yang tertinggal
hanyalah celana dalamku yang sudah tidak mampu menyembunyikan kemaluanku
yang sudah menggunung. Mei merapat ke sisi kiriku sedangkan Yen ke sisi
kananku. Keduanya menggelayut ke dua lenganku sehingga tonjolan buah
dada masing-masing menempel erat di lenganku.

"Ayo, lilinnya ditiup dan kuenya dipotong", kata Yen.

Aku
duduk diapiti oleh keduanya dengan tubuh menempel erat ke tubuhku.
Kutiup lilin itu dan memotong kuenya. Potongan pertama kusuapkan ke
mulut Mei dan yang kedua ke mulut Yen. Setelah toast anggur merah,
mulailah aku menikmati hadiah ulang tahunku. Aku menyandar di sofa dan
kubiarkan kedua wanita cantik itu melakukan apa yang mereka mau. Setelah
masing-masing memperoleh ciuman di bibir, mulailah mereka beraksi.

Mula-mula
kedua puting susuku dikulum keduanya. Mei mengulum di sebelah kiri dan
Yen di sebelah kanan. Lalu masing-masing mulai bergerak ke arahnya
sendiri. Mei mulai menelusuri perutku dan mengarahkan jilatan-jilatannya
ke bawah, sedangkan Yen mulai merambati dada dan leherku dengan jilatan
dan hisapan. Aku menggeliat-geliat menahan rasa nikmat yang mulai
menjalari seluruh tubuhku. Tanganku mulai aktif bergerilya. Buah dada
keduanya menjadi sasaranku. Kucari pengait BH keduanya dan kulepaskan.
Buah dada keduanya menyembul keluar bebas dengan indahnya. Tangan kiriku
mencari-cari buah dada Mei dan meremasnya. Sejalan dengan itu kutarik
Yen merapat. Dengan segera mulutku mengerkah buah dadanya yang ternyata
lebih besar dari punyanya Mei.

"Ooohh.." erang Yen. Ditekannya kepalaku sehingga wajahku terbenam di belahan dadanya yang montok itu.
"Kita tuntaskan di kamar", kata Mei tiba-tiba.

Kurangkul
kedua wanita itu pada pinggul masing-masing. Bertiga kami melangkah ke
kamar tidur Mei di lantai atas hanya dengan mengenakan celana dalam
masing-masing. Keduanya mengikik kecil merasakan kenakalan tanganku yang
telah menyeruak ke balik celana dalam mereka masing-masing dan
mengusap-usap pantat mereka. Rasanya sudah tidak sabar untuk
menenggelamkan diri ke dalam pelukan keduanya secara bergiliran.

Kamar
tidur Mei harum dan romantis. Kamar ini telah puluhan kali menjadi
saksi pertemuanku penuh birahi dengan Mei. Ranjang lebar ini menjadi
saksi bisu jeritan-jeritan kenikmatan Mei dan erangan penuh
kenikmatanku. Entah sudah berapa banyak spermaku tercecer di atas
ranjang ini bercampur dengan cairan vagina Mei. Dan malam ini kamar ini
sekali lagi menjadi saksi sejarah baru diriku, bersetubuh sekaligus
dengan dua orang wanita Cina yang cantik, bahenol dan seksi.

Mei
dan Yen segera melepaskan celana masing-masing. Kuminta keduanya berdiri
berjajar. Dalam cahaya lampu yang sengaja diredupkan kedua tubuh bugil
itu nampak sangat indah. Keduanya berputar bak peragawati
mempertontonkan tubuh telanjangnya. Keduanya lalu mendekatiku dan
merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Yen cepat meloroti celana dalamku.
Kemaluanku yang besar dan panjang itu segera mencuat tegak di
hadapannya.

"Waoo.. Gedenya", seru Yen tertahan.

Jemari
Yen yang lentik dan lembut itu segera menggenggam batang kemaluanku.
Diremas-remas sebentar dan dielus-elus lembut. Aku mengerang-ngerang
kenikmatan. Kuraih tubuh montok Mei dan buah dadanya segera menjadi
bulan-bulanan mulutku. Sementara itu Yen mulai mempermainkan lidahnya di
seputar pusarku dan semakin mendekati pangkal pahaku. Batang kemaluanku
itu ada dalam genggamannya. Tangan kananku meraih buah dada Yen dan
meremas-remasnya, sementara tangan kiriku merayap di sela-sela paha Mei.
Jari-jariku merambah bulu-bulu kemaluannya yang lebat dan terbenam ke
lubang basah kemaluannya.

"Aaacch..", erang Mei sambil menekan kepalaku lebih erat ke dadanya.

Jari-jariku
semakin keras mencengkeram buah dada Yen ketika lidahnya yang lincah
semakin mendekati batang kemaluanku yang semakin keras dan
berdenyut-denyut. Ketika lidahnya semakin lidahnya menyentuh batang
kemaluanku aku merasakan sensasi yang hebat dan mulut mungilnya itu
dengan segera menelan senjata kebanggaanku itu.

Sementara itu Mei
semakin menggelinjang dan kemaluannya semakin basah oleb banjir cairan
vaginanya. Sambil terus mengulum kemaluanku Yen melepaskan tanganku yang
meremas buah dadanya. Tangan itu dituntun ke arah selangkangannya.
Tanganku segera menyapu kemaluannya yang berbulu lebat itu dan jemariku
segera tenggelam ke lubang yang sudah basah oleh cairan vaginanya. Puas
mengulum kemaluanku Yen minta buah dadanya dikulum. Segera Mei
menggantikannya mengulum kemaluanku. Erangan dan lenguhan memenuhi
ruangan. Tubuh Yen menggeletar hebat menandakan birahinya makin menggila
butuh pelampiasan. Kupikir sudah saatnya menyetubuhi kedua wanita ini.
Aku merebahkan keduanya hingga menelentang berjejer.

"Yen duluan", bisik Mei terengah-engah.

Yen
telentang dengan mata tertutup dan paha yang sudah terbuka lebar siap
disetubuhi. Aku memegang kedua pahanya dan beringsut mendekat. Mei
menempelkan kedua buah dadanya di punggungku dan lidahnya bergerilya di
seputar leher dan kupingku. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah keras
dan tegak. Kuusap-usap di bibir lubang kemaluan Yen. Ia mendesis dan
mulai menggelinjang, tidak sabar menanti saat-saat penetrasi. Ujung
kemaluanku perlahan-lahan mulai menguak bibir kemaluannya yang telah
basah. Mulutnya terbuka dan terdengar keluhan kecil. Aku berhenti
sejenak. Ia membuka matanya dan di saat itulah kusentakkan pantatku ke
depan.

"Aaa..", Yen menjerit.

Kemaluanku yang besar dan
panjang itu menerobos ke dalam lubang kemaluannya, lancar seperti di
jalan tol. Yen menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kemaluanku
dapat menyuruk lebih dalam. Aku berhenti dan membiarkan ia menikmatinya.
Nikmat rasanya kemaluanku digigit-gigit oleh dinding vaginanya. Ia
mendesis-desis dan mengerang-erang nikmat. Lalu perlahan tetapi pasti
aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Erangan Yen semakin keras.
Buah dadanya bergoncang-goncang hebat seirama dengan genjotanku.
Rambutnya yang panjang terserak-serak, membuat ekspresi wajahnya yang
menahankan kenikmatan itu menjadi sangat menarik.

Aku mengatur
ritme genjotanku agar ia dapat menikmatinya. Aku mempercepat gerakan
pantatku. Kenikmatan yang semakin menggila membuat ia mencengkam kedua
lenganku. Ketika ia semakin menjerit-jerit, aku memperlambat bahkan
menghentikan genjotanku. Ia mendesah-desah kecewa. Di saat ia masih
mendesah-desah, kembali aku menyentakkan pantatku dan mengocok dengan
cepat. Kembali jeritannya memenuhi ruangan itu.

"Cepat.. Cepat.." gumamnya tidak karu-karuan, "Aku mau keluar.."

Kupercepat
tempo genjotanku. Tiba-tiba ia menarik tubuhku hingga rebah sepenuhnya
di atas tubuhnya. Kubenamkan wajahku di lehernya mengiringi jeritan
kenikmatan yang dilepaskannya.

"Aaahh..", jeritnya.

Tubuh
montoknya itu bergetar hebat. Pantatnya dihentak-hentakkannya ke atas.
Pahanya terangkat dan membelit pantatku sehingga menyatu sepenuhnya. Aku
diam memberikan kesempatan kepadanya untuk menikmati orgasmenya.
Tubuhnya bergetar-getar diiringi desah nafas terengah-engah. Rasanya
dunia ini dilupakan kalau tidak karena desahan Mei yang berbaring di
sebelah kami. Mei ternyata sedang asyik mempermainkan vaginanya sendiri.
Kurasa ini saat yang tepat untuk menyetubuhi Mei. Apalagi aku belum
orgasme sehingga kemaluanku masih tegak.

"Sekarang giliran Mei", bisikku di telinganya.

Yen
mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya. Ia menelentang seperti
kehabisan tenaga di sebelah Mei. Aku beralih ke Mei. Kutarik tangannya.
Ia segera membuka pahanya lebar-lebar. Kemaluannya sudah basah dan
merekah, rupanya sudah tak sabar menunggu gilirannya digenjot. Aku
merayap mendekatinya. Kemaluanku masih basah dan berkilat-kilat oleh
cairan vagina Yen. Kuarahkan ujung kemaluanku ke lubang kemaluannya.

Mei
memejamkan matanya sambil memegang kain seprei yang sudah acak-acakan
itu, menanti saat-saat sensasional penetrasi batang kemaluanku. Ujung
kemaluanku menyentuh bibir vaginanya dan menyeruak di antar bibir-bibir
itu mencari jalan masuk. Aku menurunkan pantatku sedikit dan kurasakan
kemaluanku mulai memasuki kemaluannya. Mei mulai mendesah-desah. Aku
menariknya keluar lagi. Ia mendesah lagi seperti kecewa. Di saat itu aku
menyurukkan kemaluanku ke dalam lobang surgawinya.

"Aaa.." Mei menjerit keras.

Matanya
membelalak. Kemaluanku kutancapkan dalam-dalam di lubang kemaluannya.
Setelah jeritannya berubah menjadi erangan, aku mulai menggerak-gerakkan
pantatku maju mundur. Kususupkan tanganku ke bawah lengannya dan
merangkul erat bahunya. Mulutku kubenamkan ke leherya yang jenjang. Ia
melingkarkan tangannya ke punggungku dan memelukku erat-erat. Pantatnya
yang bundar besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat.
Mulutnya terus menerus mengeluarkan desisan, erangan dan jeritan,
mengiringi sodokan-sodokan kemaluanku yang semakin menggila. Jepitan
dinding vaginanya terasa sangat nikmat.

"Lebih keras.. Lebih keras lagi.." erang Mei.

Aku
memompanya semakin bersemangat. Peluh mengucur dari seluruh tubuhku,
bercampur dengan keringatnya. Aku mengangkat sedikit dadaku. Mulutku
segera menerkam buah dada kirinya yang berguncang-guncang itu. Ia
mengerang dan menekan kepalaku ke dadanya. Dari buah dada kiri aku
beralih ke kanan. Ia menceracau semakin tak menentu. Pahanya membuka dan
menutup. Kecipak cairan vaginanya semakin memperbesar nafsuku.

"Aku mau keluar", katanya terputus-putus.
"Aku juga", sahutku merasakan desakan magma spermaku yang akan memancar.
"Di dalam saja, sayang", bisiknya.

Karena
ingin mencapai orgasme bersama-sama, aku meningkatkan kecepatan
genjotan kemaluanku. Mei menjerit-jerit semakin keras. Aku menggeram dan
menggigit lehernya. Ia merangkulku erat-erat. Kuku-kukunya terasa
menembus daging punggungku. Akhirnya oleh satu hentakan keras aku
membenamkan kemaluanku dalam-dalam diiringi lolongan panjang Mei
membelah udara malam. Pantatnya dihentak-hentakkan ke atas. Pahanya
terangkat membelit pinggangku seakan memeras setiap tetes spermaku
menyembur ke dalam rahimnya. Kurasakan banjir lahar spermaku deras
memancar. Aku letih, Mei juga.

Sekitar sepuluh menit aku diam
membiarkan kenikmatan itu mengendur perlahan-lahan. Lalu aku melepaskan
diriku dari pelukan Mei dan terhempas ke atas kasur empuk spring-bed
Mei, tepat di antara Mei dan Yen. Kedua wanita montok itu seperti
dikomando merapat ke arahku. Buah dada keduanya menyentuh dadaku dan
paha kiri Mei serta paha kanan Yen sama-sama membelit pahaku. Keduanya
menciumku dengan lembut.

"Terima kasih, Kho", kata Yen. Aku hanya mengangguk-angguk kecil.

Setelah
beberapa saat beristirahat, kami beralih ke kamar mandi dan
membersihkan tubuh. Kedua wanita itu memandikanku. Mereka menyirami
tubuhku dengan air hangat dan menggosokkan body foam. Yang menarik,
gosokan itu tidak dibuat dengan tangan tetapi dengan buah dada
masing-masing. Acara mandi erotik ini jelas memancing nafsu birahiku.
Perlahan-lahan kemaluanku mulai bangun lagi. Uh.. Sungguh acara mandi
malam yang tak terlupakan.

"Wuii.. Si ujang sudah bangun nih", goda Mei sambil mengelus kemaluanku, "Sesudah ini kita akan mulai ronde kedua", lanjutnya.

Acara
mandi selesai dan kami kembali ke ruang tengah lantai bawah. Bertiga
kami tidak mengenakan sehelai benangpun. Sepenuhnya bugil. Kupandangi
dua wanita Cina yang menawan ini. Mereka lagi menuang anggur. Yen
membawa dua gelas, satu diserahkan kepadaku.

"Untuk si jantan yang berulang tahun", kata Mei, "Semoga tetap kuat perkasa,"
"Untuk Mei dan Yen", sahutku, "Semoga tetap seksi dan menawan,"
"Untuk kita bertiga", kata Yen, "Semoga jadi group seks yang kompak,"

Gila!
Dunia apa yang sedang aku masuki sekarang ini? Rasanya seperti
bermimpi, tetapi ini bukan mimpi. Ini sungguh kenyataan. Mengapa menolak
untuk menikmati semua ini. Kedua wanita itu kini merapat ke tubuhku dan
memulai aksinya.

"Sekarang kita main di sini saja", kata Mei.

Aku
dan Yen tidak menjawab. Setuju saja. Apa sih salahnya bersetubuh di
atas karpet lembut ruang tengah ini? Keduanya segera tenggelam dalam
aksinya masing-masing. Rabaan dan elusan disertai jilatan dan kecupan
menjalari seluruh tubuhku, mengiringi kedua tanganku yang bebas
bergerilya di setiap lekuk tubuh keduanya. Pada saat kedua tanganku
melingkar ke pantat keduanya dan merasakan betapa montok dan padat
pantat keduanya, timbul ideku untuk menyetubuhi keduanya dalam
doggy-style. Kemaluanku dengan segera tegang kembali oleh ide menarik
ini.

"Ayo, Mei dan Yen", kataku, "Sekarang kalian berlutut di lantai. Aku mau doggy-style, "

Tanpa
berkata-kata kedua wanita itu saling memandang dan tertawa mengikik.
Lalu keduanya segera berlutut membelakangiku. Keduanya saling bertaut
lengan, biar bisa saling membagi kenikmatan mungkin. Pemandangan di
depanku sungguh indah. Aku memandang kedua bokong yang besar, putih,
mulus dan padat itu. Di antara paha itu nampak gundukan rambut kemaluan
masing-masing yang lebat dan hitam. Di sela-sela rambut itu nampak
bibir-bibir kemaluan yang merekah merah, siap untuk digenjot bergantian.

"Ayo Kho", kata Yen, "sudah nggak sabar nih!"

Aku
mendekati dan mengelus-elus pantat keduanya. Ketika jari-jariku mulai
merayapi bibir kemaluan, keduanya mendesis serentak. Jari-jariku
menyeruak ke antara bibir-bibir vagina itu dan mempermainkan kedua
klitoris. Keduanya serentak menjerit kecil dan mendongak. Sungguh
sensasi yang indah. Kemaluanku yang sudah sekeras senapan itu kuarahkan
ke bokong Mei. Tanpa kesulitan aku menembus kemaluannya yang telah basah
licin itu.

Beberapa menit bermain dengan Mei, aku lalu beralih
ke Yen. Ia pun menjerit kecil ketika kemaluanku menerobosi lubang
surgawinya. Kukocok-kocok perlahan lalu semakin cepat. Ia mengerang
semakin keras tak terkendali. Beberapa menit aku pun beralih ke Mei.
Begitu seterusnya, sehingga kedua wanita itu semakin penasaran.

Malam
semakin larut, namun untuk kami bertiga waktu tidak lagi penting. Yang
penting sekarang ialah bagaimana meraih kenikmatan bersama-sama. Aku
mulai merasa letih juga. Maka ingin kuakhiri dulu ronde kedua ini. Aku
memegang bokong Mei dan menyodoknya keras-keras. Ia menjerit keras dan
terus mengerang-erang tak karuan ketika kemaluanku bergerak lincah
keluar masuk kemaluannya. Ketika kulihat ia mencengkram keras karpet aku
tahu ia akan keluar. Aku mempercepat gerakanku dan menghentak keras.
Mei menjerit keras dan rebah ke atas karpet. Aku mengikutinya dan
beberapa saat menindihnya.

Melepaskan diri dari Mei aku beralih
ke Yen yang setia menanti. Dengan cepat aku menghujamkan senjata
kebanggaanku ke dalam kemaluannya. Seperti Mei ia pun menjerit keras.
Rambutnya yang panjang itu kujambak sehingga ia mendongak ke atas sambil
terus mengerang. Bunyi pantatnya yang beradu dengan pahaku seakan
menjadi irama kenikmatan yang tak ada duanya. Aku pun merasa akan segera
orgasme. Rambutnya semakin keras kutarik sehingga ia semakin mendongak.
Pantatnya melengkung ke atas dan buah dadanya yang besar itu
berguncang-guncang, seirama dengan gerakan pantatku.

"Aaauu, Kho" jeritnya, "Aku mau keluar!"
"Aku juga", balasku.

Serentak
dengan jambakan rambutnya, mengiringi jeritan panjangnya, aku
menghentakkan pantatku keras-keras. Ia rubuh ke atas karpet ditindih
olehku. Di saat itu kurasakan deras spermaku memancar ke dalam rahimnya.
Aku letih, juga Mei dan Yen. Aku diam membatu di atas pantat Yen yang
montok. Mei merangkak mendekat dan mengelus-elus kepalaku.

Aku
bangun. Yen juga. Sempoyongan ia berjalan dan duduk di sofa. Kakinya
terbuka lebar dan dapat kulihat leleran spermaku menetes dari vaginanya.
Aku menghempaskan tubuhku di samping kirinya. Kurangkul bahunya. Mei
mendekat dan duduk di sebelah kiriku. Kedua tanganku merangkul punggung
keduanya dan menggapai buah dada kanan Yen dan buah dada kiri Mei.
Kugenggam kedua buah dada itu erat-erat.

"Terima kasih Mei, terima kasih Yen", kataku, "Terima kasih untuk kado ulang tahunya, "

Keduanya menatapku, mengangguk dan tertawa gelak-gelak.

"Tidak
pernah terpikir dalam hidupku dapat mengumbar nafsu dengan dua wanita
Cina yang cantik menawan, bahenol, montok dan seksi", kataku.
"Kho tak usah takut", sahut Mei, "Kami akan siap untuk Kho Ardy kapan saja,"
"Untuk lelaki sekuat Kho Ardy, Yen dan Mei akan siap selalu", timpal Yen.

Sejak
peristiwa hadiah ulang tahun itu, aku jadi selalu punya wanita yang
siap melayani nafsuku. Kalau Mei lagi menstruasi, Yen pasti siap
untukku. Begitu juga sebaliknya. Namun kami juga sering berkumpul
bertiga untuk saling berbagi kenikmatan.

Sekali di rumah Mei, larut malam setelah menyetubuhi keduanya secara bergiliran, iseng aku menggoda keduanya.

"Aku sudah punya dua wanita Cina yang cantik dan seksi", kataku, "Kapan dua ini akan bertambah?"
"Kho
Ardy pingin tambah lagi", kata Yen di luar dugaanku, "Mudah, Kho. Akan
Yen atur. Mau tambah satu atau dua lagi, terserah Kho Ardy aja,"

Aku terkejut dan menoleh ke Mei.

"Nggak
usah khawatir", lanjut Mei, "Akan ada saatnya hadiah baru lagi. Tapi
harus hemat-hemat tenaganya. Soalnya wanita Cina itu nafsunya gede-gede.
Haha.."

Aku terkejut tetapi juga berbangga. Gimana ya rasanya
kalau sekali waktu dikerubuti empat wanita cinta yang cantik dan bahenol
seperti Mei dan Yen?

"Tapi", kataku terus menggoda, "Kalian nggak nyesal disetubuhi lelaki bukan Cina, apalagi yang berasal dari KTI sepertiku?"
"Ah", renggut Mei manja, "Tentu aja tidak. Hitung-hitung mendukung program pemerintah yakni pembauran,"
"Pembauran
ada macam-macam, Kho", lanjut Yen, "Ada yang berbaur dalam pekerjaan,
rumah, profesi dan pergaulan. Untuk kita bertiga, yah berbaur kelamin
aja,"
Kembali Ke Atas Go down
https://bli-naruto.indonesianforum.net
 
1 LAWAN DUA....MUANTABZ
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FORUM NIMBUZZER & GRETONGERZ :: ENTERTAINMENT :: kumpulan cerpen dewasa-
Navigasi: